Jumat, 23 November 2007

Netsains Plat Merah? 1

Merry
tanpa cc siapa-siapa juga


Sekali lagi.....bisnis itu sangat okeh...Namun seorang pengusaha keturunan Tionghoa pernah memperingatkan saya...Bisnis itu harus J-U-J-U-R. Ya...kejujuran itu penting. Kalo mentalnya sudah 'penjilat' dan 'bagi2 proyek' sudah dipastikan bisnis itu akan kiamat. Kalo netsains ditarik ke arah seperti itu....Aku minta supaya kita mundur saja dari netsains. This is serious. Mie Kocok yang raksasa bin king-kong itu...di Eropa saja dia keok...karena ke open source semua. Berkali-kali Mie Kocok itu ke pengadilan, karena tuduhan 'tidak jujur'. Kita semua tahulah...praktek bisnis di Indo seperti apa? KKNnya seperti apa? Manipulasi pajaknya seperti apa? Cing-cong sama bea cukai juga seperti apa? Mafia peradilan seperti apa? Itu sudah jelas. Kalo aku tangkap dari penjelasanmu dari kemarin-kemarin....kayaknya masih ada keraguan di dirimu sendiri terhadap kejujuran mereka-mereka para pebisnis itu. Aku pun juga ikut ragu juga. Orang Indo itukan ndak bisa melihat proyeksi bisnis jangka panjang. Beda dengan orang Chineese dan Yahudi...mereka sangat bisa forecast bisnis jangka panjang. Contohnya....temenku yang orang engineering bilang hanya ada dua bidang dimana Bakrie itu sukses...pertama Esia, kedua properti. Bidang lain dia hancur lebur (Ingat kasus Lapindo Brantas). Beda dengan orang Chineese dan Yahudi...mereka itu raja midas....apa saja yang mereka sentuh turns to gold!. Aku juga heran.....kenapa orang Indo kok begitu sukar berdagang? Di
Malaysia saja, yang sudah melakukan kebijakan ekonomi baru untuk menaikkan kompetensi bisnis etnis Melayu, program tersebut hanya berhasil secara parsial. Etnis Melayu di Malaysia tetap hanya menguasai 40% perekonomian nasional mereka....sisanya dibagi orang Chineese, India, dan ekspatriat. Apalagi kalo riset ingin dibisniskan....wah..saya ini kan masuk ke bidang kesehatan...bisa kelamaan tunggu waktu produksinya. Waktu untuk development obat atau vaksin saja bisa perlu 10 tahun lebih, dan perlu investasi sangat besar. Kalo aku bikin proposal bisnis, pasti bisa tersingkirlah!kan ingin cepet dapat duit, itu sebabnya industri farmasi nasional selalu mengimpor mayoritas mutlak (90%) bahan baku obatnya dari luar negeri. Kalo beli di luar lebih murah daripada produksi di Indo. Itu sebabnya R&D di industri farmasi cuma sekedar 'pemantas' belaka. Kalo aku mau licik bin munafikus...aku bikin aja proposal bisnis 'beli, label, dan jual' seperti orang farmasi, sudah pasti akan diterima sama temen2 Pak Koes. Tapi ini merusak bangsa kita. Pemikiran ini sangat jahat. Maaf saja...tapi kalo pebisnis yang kita ajak partership mentalnya seperti orang-orang farmasi kita lebih baik jangan. Jangan dan Jangan. Mereka hanya membuat negara kita mengkredit utang lebih banyak lagi. Lebih baik pebisnis kecil yang jujur daripada pebisnis besar yang licikus bin munafikus.
Ajang komunikasi antar ilmuwan saja...tanpa ada payung formal tidak cukup. Oleh sebab itu aku punya tiga usul:

Pertama, Di Websitenya netsains dimasukkan saja logo dan link ke kemenegristek. Ini untuk menunjukkan bahwa website ini dibawah proteksi ristek.
Kedua, Di Website netsains masukkan juga link lembaga penelitian di bawah ristek (LIPI, BPPT, BATAN, LAPAN, Eijkmann, BAPETEN, dan lainnya).
Ketiga..dan ini yang paling gawat dan kritis...kita harus punya SK menteri yang menyatakan bahwa netsains itu didukung ristek. Mengapa harus punya SK? Karena dengan SK itu kita memiliki payung hukum untuk eksis. Jika tidak ada SK, kita tidak punya payung hukum. Konten SK itu kira2 berisi visi, misi, dan konten Netsains, anggaran rutin maintenace web, dan status legal formal netsains di mata hukum. Kita harus bergerak lebih formal, sebab jika ada orang yang merasa terganggu dengan tulisan2 di netsains, dan itu mengakibatkan tuntutan hukum, siapa yang akan membela kita? Kan ndak mungkin kita bayar pengacara sendiri...It's to expensive! Jika ada SK...secara otomatis Ristek akan menyewakan lawyer untuk kita. Demikian juga jika kita merasa ada pihak yang melanggar hak kita, dan ini memerlukan tuntutan hukum ke pihak tersebut, maka Ristek juga akan menyediakan lawyer untuk mendukung kita. Soal anggaran administrasi web....Kita harus fair. Mas Arif sudah susah payah membantu kita sebagai sysadmin....harus ada imbalan untuk jasa yang dia berikan. Ini sudah standard...kalo di Bank..hacker itu dibayar sangat tinggi. Kita tidak usah tinggi-tinggi...ya secukupnya lah! Itu Ristek yang sediakan anggaran ke mereka. Saya sendiri tidak meminta imbalan apa-apa dengan penyusunan SK ini.....yang penting netsains punya payung hukum. Saya sendiri bersedia membantu menyusun draft SK tersebut....mungkin untuk detail teknisnya kita bisa brainstorming di kantor Ristek (makan be es be es ndak papa). Bikin janji aja untuk ketemu kalo ada waktu senggang. Penyusunan SK ini jangan disamakan dengan proyek buang2 anggarannya DPR @#$!% lho. Mereka itu kan rapat di hotel berbintang yang menghabiskan uang milyaran untuk penyusunan Undang-Undang. Kita rapat di kantor Ristek saja lah...konsumsi urus sendiri. Merry kontak Pak Koes saja untuk soal ini. Dengan keberadaan SK ini, bahkan setelah Pak Koes tidak menjabat sebagai menteri, penggantinya akan secara otomatis melanjutkan untuk mendukung kita, karena netsains dianggap in-line dengan kebijakan kemenegristek.
Poin pertama dan kedua kupikir bisa
Orang Indo segera dilaksanakan. Namun poin ketiga mesti kita pikirkan dalam-dalam. Aku sendiri mau menguduk2 SK menristek di webnya. Penting karena suatu SK harus disusun berdasarkan SK sebelumnya. Sebelum kita bertemu...bagaimana pendapat Merry mengenai poin ketiga ini? Kan cukup realistis ideku soal SK ini? Over.

Networking..Networking 2

Nah...itu dia Mer. Hidup itu memang kudu penuh dinamika. Kalo saya liat profilnya mister Hoho, memang dia lebih muda dariku. Kalo Merry setahun lebih tua dari aku. So what gitu lho? Dreams are my reality, and will always be like that. Menurut pendapatku, yang membatasi impian dengan realita hanya satu, yaitu aksi. Bila kita bertindak sesuai dengan impian kita.....The world will be ours! Even..The world will not enough...
Namun perlu diingat, kalo bicara networking...suatu saat godaan untuk berpolitik pasti akan muncul. Di sini kita harus hati-hati, karena banyak ranjau di sana. Pak Habibie saja karier politiknya hancur hanya gara2 Timor Leste....Berpolitik itu sangat manusiawi, itu sebabnya industri politik kita sangat marak sekarang ini. Namun..enggak lah kalo sekarang ini berpolitik......Terlalu serius amet sih? Sekarang, kita bergerak di 'luar sistim' saja, seperti legenda Robin Hood atau film trilogi Matrix. Kalo prinsipnya Matrix, kita hidup seperti udara saja, tidak bisa dilihat, namun ada dimana-mana (Asik kali kalo aku bisa jadi kayak si Neo ya?).
Umur 35 tahun belum tahu tujuan hidupnya apa? Di satu sisi itu malah menguntungkan kita....Kalo mau, kita bisa 'memasukkan' konsep2 kita ke dia, dan jadilah kawan kita itu pengikut kita. Itu yang disebut cuci otak. Kalo sepanjang hidup si individu itu 'kosong' dan tidak punya konsep, maka orang lain yang akan mengindoktrinasi dia. Bukankah begitu bukan begitu bukan begitu bukan? (kayak Naek L Tobing nih).

Networking..Networking 1

Huayoooo Hoho sama Arli lagi pada ngerumpi apaan?
Kalau dua kimiawan bertemu, jangan-jangan menghasilkan zat kimia baru?

Begini lho Hoho, kalau dari diskusiku sama Arli tempo hari di email, kita sepakat bahwa bidang biologi & kimia itu lebih manusiawi dibanding ilmu lain.
Sebagai bukti, artikel kalian berdua punya nilai plus: lebih banyak dikomentari pembaca dibandingkan dengan artikel lain dari bidang fisika atau IT. Sebab objeknya adalah mahluk hidup.

Manusia itu cenderung menyukai topik tentang sesamanya. Maka itu acara infotainmen gosip artis sangat laku. Koran kuning ala Pos Kota, Berita Kota laku kenapa? Sebab objeknya adalah manusia: perampokan, perkosaan, pembunuhan dsb.
Nah, saya bukan bermaksud menjadikan Netsains seperti Pos Kota lho..hihihi. Tapi setidaknya saya ingin konten Netsains lebih manusiawi seperti belakangan ini. Bicara sains yang dikaitkan dengan keseharian, setidaknya meninggung hal human being.

Topik tentang komputer atau hal2 teknis tetap dipertahankan, namun tentu saja kita harus lebih sering menampilkan objek manusia.

Oh ya, awalnya saya ingin membuat milis khusus kontributor Netsains. Tapi sebelumnya saya juga sudah punya milis Technomedia yang sebagian kontributor Netsains juga sudah jadi membernya. Ternyata komunikasi yang terjalin kurang OK. Lebih didominasi mereka yang non kontributor.
Jika kita membuat milis khusus Netsains saja bagaimana? Maksudnya, topik pembicaraannya bisa lebih fokus ke konten Netsains.
Bagaimana menurut Hoho dan Arli?

Hmm, terus terang saja, dari sekian banyak kontributor Netsains, baru kalian berdua yang memberi respon sangat positif. Yang lain hanya sekadar mengirim tulisan saja. Eh, Pak KK alias Kusmayanto Kadiman juga bagus kok responnya. Namun kan beliau sudah sibuk dengan tugas negaranya. Jadi kita tak bisa berharap banyak.
Atau bisa jadi juga kontributor lain sudah agak "berumur", jadi sibuk dengan dunianya masing-masing? Hihihi.

Maka saya senang sekali jika Hoho & Arli punya banyak masukan, bahkan ikut aktif mengelola Netsains. Hanya ya maaf saja, seperti saya tekankan sejak awal, saat ini Netsains masih jadi proyek idealis. Jadi belum ada nilai komersilnya. Iklan yang berbayar baru Lintas Berita, itupun dengan harga pertemanan dan baru menutupi online. Hmm lainnya: Infolinux dan Langit Selatan adalah banner hasil barter link. Dan Multisolusi.com menyediakan hosting.
Jadi saat ini Netsains masih pure idealis. Tentu saja kita semua berharap kelak bisa go commercial kan? Hehehe.,

Okie dokie..ditunggu ya masukannya...Hujan di luar begitu derasnya. Petir menyambar bagaikan kemarahan sang empunya alam. Lho kok malah berpuisi?

The Young Greek Philosopher 3

Dear Merry...maybe there is no such thing as prince charming. Such concept is only the creation of Holywood cinemas.Such as Cinderella, Snow White, and beauty & the beast. Further...it's only the creation of our imagination. Life is not like that. Reality very much depends on our perspective of live. Siddharta Gauthama was a prince charming. He was a crown prince of a very rich kingdom in India. Suddenly..He found that all of the riches and the charm...just only a weakling illusion. So he left his castle...to search for enlightenment. Just like Siddharta, I found that life full of misery, pain, injustice, and sorrow. The ultimate quest of humanity is to escape from all of those. Prince charming or Princess charming won't help us do that. Even a great philosopher won't help us either. We must help ourselves. How we end the misery, that's very much depend on our state of mind. If we are willing to help others..,to ease their sorrow and pain, happiness is always with us. I would be glad to discuss this matter with you....eye to eye...someday. Quest for happiness is always an interesting topic.

The Young Greek Philosopher 3

Dear Merry...maybe there is no such thing as prince charming. Such concept is only the creation of Holywood cinemas.Such as Cinderella, Snow White, and beauty & the beast. Further...it's only the creation of our imagination. Life is not like that. Reality very much depends on our perspective of live. Siddharta Gauthama was a prince charming. He was a crown prince of a very rich kingdom in India. Suddenly..He found that all of the riches and the charm...just only a weakling illusion. So he left his castle...to search for enlightenment. Just like Siddharta, I found that life full of misery, pain, injustice, and sorrow. The ultimate quest of humanity is to escape from all of those. Prince charming or Princess charming won't help us do that. Even a great philosopher won't help us either. We must help ourselves. How we end the misery, that's very much depend on our state of mind. If we are willing to help others..,to ease their sorrow and pain, happiness is always with us. I would be glad to discuss this matter with you....eye to eye...someday. Quest for happiness is always an interesting topic.

The Young Greek Philosopher 2

Dear Arli, the girl is a woman now. She just know what she wants and
 how to make it real. She has many many dreams beside to reach the
 sparkling stars. She's been climbing many mountains,hills,valleys..She loves
 the rainbow,the rain,the snow,the  flowers,and all happening on the
 mother earth.With her little cutie angel,she built a house and keep on
 dreaming about the sparkling stars.She believes,she will reach it and bring
 it home.With or without the prince charming. Life is so pretty, even
 prettier than any movies she ever watched.Than any books she ever
 read.Than any songs she ever listened. She will never stop dreaming until the
 Kingdome Come..Hope she will meet the Young Philosopher someday,to
 learn more about life :-)

Selasa, 20 November 2007

Jagat Kehidupan

Jelas menjadi saintist . Dari saya orok, saya sudah menonton sepak terjang Pak Habibie di TVRI, dan kemudian di TV Swasta. Semenjak saya SMP (mungkin), saya tahu persis kalo menjadi seperti beliau itu adalah sesuatu yang cocok untukku. Sebetulnya, saya juga tidak terlalu suka dengan mate juga. Karena mengerjakan soal-soalnya terlalu memeras otak. Namun semenjak saya kuliah, saya mulai mengenal dunia informatika. Ternyata perhitungan2 rumit bin jlimet itu bisa dilakukan dengan komputer (dengan MATLAB, MATCAD, SPSS, de el el). Jadilah soal si mate ini saya toleransi. Kalau untuk fisika, saya sih datar saja, suka juga tidak, benci juga tidak. Kimia dan Biologi adalah cinta pertama saya (ya...dua-duanya, jadi poligami nih ya?).
Setelah S3 lalu apa lagi Merry? es teler, es mambo, es krim, atau escada? Awalnya, saya pikir kalo bergelar doktor atau profesor, itu akan membuat saya masuk kelompok elit gimana gitu. But....actually it's nothing and total crap. Di wawancaranya Kang Yaya kan sudah disebutkan, produktifitas doktor dan profesor kita seperti apa? Setelah mendapat gelar, mereka menjadi 'parasit intelektual'. Segera...mereka menjadi selebriti birokrat. Padahal penelitiannya...pepesan kosong blong. Seharusnya kalo sudah doktor atau profesor, mereka lebih giat lagi dalam risetnya. Di Perguruan tinggi kita (Baik Swasta, Negeri, atau BHMN) banyak sekali 'bandit-bandit' seperti ini. Setelah mereka menjadi doktor, tidak pernah melakukan penelitian dan tidak pernah membuat proposal untuk mendapatkan hibah penelitian juga. Mereka mengumpulkan kum terutama dari mengajar dan membimbing skripsi. Tapi skripsi-skripsi bimbingan mereka sebenarnya pepesan kosong juga. Itu cuma untuk menempel CV mereka. Penelitiannya juga tidak pernah dipublikasi, apalagi dipatenkan, karena cuma pemantas saja untuk meluluskan mahasiswa. Tapi herannya, kok pangkatnya bisa tinggi? Kok Bisa jadi Dekan atau rektor bandit-bandit itu? Itu karena mereka menjilat pengikut mereka dengan titel doktor dan profesor. Istilahnya 'membodohi orang bodoh oleh orang bodoh juga'. Memuakkan...karena peneliti yang idealis harus gigit jari dengan keadaan ini. Dibanding 'parasit-parasit intelektual' ini, saya lebih menghargai orang yang tidak punya gelar, tapi menyumbangkan sesuatu yang bermanfaat bagi bangsa kita. Ada anekdot di kalangan filosof, kalo sudah banyak filosof yang menjadi doktor atau profesor karena menulis tentang Socrates. Lucunya....Socrates sendiri tidak punya gelar dan ijazah apapun. Sekolah kehidupan akhirnya menjadi 'final frontier' yang harus kita hadapi dengan penuh harapan, terlepas kita punya ijazah atau tidak. Jadilah kita mengembara seperti U.S.S Enterprisenya Picard, di Semesta kehidupan.

The Young Greek Philosopher

Long-long time ago, in the distant ancient Greek.
There lived a young student of philosophy.
He just enrolled in the famous Plato academy at Athens.
Unfortunately, Plato and Aristotle have long gone.
So...he studied philosophy with their students.
Who are his teacher.
Only one question which haunting his mind ever since his youth...
'What is the truth?'
Ever from the question, emanates others questions.
Such as....'Is there a God?' 'Does God exist?' 'Why there lies evil beneath our bossom, if there is a good God?'
et cetera...et cetera....et cetera....
His teachers were not as wise as Plato and Aristotle.
They can't give him the answers he needed.
They cause confusion in his head.
Because his question left unanswered.
At last...at the very day...He became sick.
Very...very ill.
Doctors from all the corners of the Helllenistic world were summoned.
Only to find that his sickness is uncureable.
One day....one very day in the night....a strange voice calling on his head.
It says...'leave the nation of Greece at once...go to the east where the spirituality risen..'
Next morning...He left the academy.
He travelled east...to the empire of Parthia (Persia)....crossing dreadful dessert.
At last..He reached India....The valley of Indus.
There....He found a monk meditating before the great river...which followed the way of Siddharta Gautama...
The monk said...'wash away your thought. Your mind will prevent your enlightenment. It's illusions of your own desire'
The Greek said, 'Why should I do that?'
The monk said...'enlightenment is the way of sunyata...which is the state of no-mind, although is not mindless'
The Greek was deeply impressed with monk.
He stayed in India for years studying the way of Siddharta.
He got back to Greece...only to find his nation devastated by the barbarous Roman soldiers.
He got upset......But he continued to be a lecturer at the Plato academy.....

Dear Merry..that was my story. The Greek philosopher is me......I hope you will find your prince charming..to help you reached the star......

A Girl with The Sparking Stars

A long long time a go,there's a little girl who want to touch the
star.She tried to climb the roof but she flew.Then she climbed the
mountain,she met a guy that she tought as a prince charming.But the guy was
broke her dream about the stars.She was hurt and try to climb the higher
mountain.Finally,she flies so high and almost touch the sparkling
stars.She never give up..never..because she has no regret!

Nah itu puisiku..hmm dulu sempet nyaris jadi penyair,gaul sama penyair dsb..tapi ada hal2 menarik dari sekedar syair2 itu..there's so many things more interesting..those sparkling stars!I don't touch or have it yet. But I believe,someday I will.With or without my prince charming :-)

Dreams Are My Reality

Dreams are my reality
the only real kind of real fantasy
illusions are a common thing
I try to live in dreams
it seems as if it's meant to be.

Dreams are my reality
a different kind of reality
I dream of loving in the night
and loving seems alright
although it's only fantasy.

Dreams are my reality
the only kind of reality
maybe my foolishness has past
and maybe now at last
I'll see how a real thing can be.

Dreams are my reality
a wonderous world where I like to be
I dream of holding you all night
and holding you seems right
perhaps that's my reality.

Dreams are my reality
a wonderous world where I like to be
illusions are a common thing
I try to live in dreams
although it's only fantasy.

Dreams are my reality
I like to dream of you close to me
I dream of loving in the night
and loving you seems right
perhaps that's my reality.

(Richard Sanderson)

The Perfect Picture

Nobody's perfect, the wise man said. But at least,every one of us has
the perfect sketchs in our head.
No matter what,no matter how.
The picture has been drawn by
Nietzche,Gandhi,Marx,Gibran,Dylan,Baez,etc.
I'd like to draw it continually until it would be a perfect picture
about a perfect world. A perfect life for all human being. At least,close to the perfect.
Imposible?
Hey hey,the real dreamer has no regret.
That's me!

Senin, 19 November 2007

Kedokteran dan Kemanusiaan 5

Yah..seperti itulah, saya setuju dengan Pater Drost. Dulu, sewaktu sistim pendidikan kita berkiblat ke Belanda, hasilnya..luar biasa! Kita lihat, orang Indonesia yang lulus HBS atau MULO saja sudah bisa cuap-cuap Bahasa Inggris, Perancis, dan Jerman. Intelektual founding father kita adalah didikan sistim Belanda semua. Tapi sekarang...semenjak neo liberalisme Amerika @#!& itu menguasai sistim pendidikan kita, yah....habis semua. Bahasa Inggris saja, sudah tingkat mahasiswa, masih kesulitan. Satu-satunya parameter yang berkuasa adalah...uang. Lihat saja kalo Bambang Sudibyo itu pidato atau interview, semuanya ujung-ujungnya duit juga. Bukan kebetulan, bahwa Bambang Sudibyo itu lulusan Amerika.
Entar kalo ada yang perlu jurnalis atau editor tak kasi tau yaph?

Kedokteran dan Kemanusiaan 4

Kebetulan sy pernah ngobrol dgn Pater Drost.Di Belanda,sejak SMP sudah
ada jurusan sesuai bakat.Di SMA sudah ketahuan siapa yg layak lanjut
kuliah atau ikut training ketrampilan kerja. Walau kaya raya,jika tes
bakat menunjukan secara intelektual ia tak layak kuliah,maka ia ikut
training ketrampilan kerja.Walau miskin,seorang siswa berpontensi bisa
kuliah setinggi mungkin dibiayai negara.Jadi perguruan tinggi tak melulu org
kaya atau tiap org kaya selalu kuliah seperti di Indonesia. Gelar
sarjana bukan jadi simbol prestise,tapi memang karena sesuai dgn otaknya.
Betul,Indonesia kebanjiran ekonom & insinyur sebab 2 bidang itu
dianggap jalan pintas menuju kekayaan.
Trims doanya,
Arli.Gaji jurnalis tak bisa tinggi.Jika kreatif dgn network,jurnalis
bisa sukses di luar institusinya.Oprah & Larry sukes berkat itu.Sy sedang
berjuang ke situ.Menulis buku & ngelola beberapa web klien adalah side
job sy di luar SH. Stt saya lagi cari klien baru nih ..he he.Lho malah
ngiklan?

Kemanusiaan dan Kedokteran 3

Di China, yang menentukan carrier path seorang sarjana adalah negara. Pada waktu lulus SMA, seorang siswa China memiliki dua cara untuk memasuki perti. Pertama, ikut tes standar (sejenis umptn) untuk masuk jurusan favorit dia, dan kemudian bayar mahal untuk sekolah di uni. Kedua, ikut tes spesial (psikotest) untuk ditentukan (oleh negara) jurusan yang paling cocok untuk dia apa, lalu mau tidak mau dia harus masuk jurusan itu. Namun kompensasinya biaya kuliah semua dibebaskan negara. Untuk opsi satu, jika lulus dia harus 'bertarung' di pasar kerja untuk mendapat lowongan. Opsi dua, jika lulus negara akan langsung memberikan pekerjaan. Sebagai contoh, jika kita memilih opsi dua, si siswa ingin sekolah kedokteran. Tapi negara menentukan dia harus belajar antropologi.
Dia harus terima, kalo mau sekolah gratis. Demikan juga jika dia ingin sekolah ekonomi, tapi malah disuruh sekolah sastra Inggris, dia juga harus mau terima. Segera setelah tour guide kami menjelaskan hal ini, seorang guru besar di bidang linguistik nyletuk....'nah mestinya carrer path diatur gitu...daripada semua orang jadi insinyur'. Teman saya yang insinyur langsung diam seribu bahasa. Di Indonesia tahu sendiri kan pendidikan kita seperti apa? Asal ada duit, semua bisa diatur.
Bagaimanapun....Sosialisme memang terbukti lebih manusiawi daripada kapitalisme...bandingkan saja China dan Indonesia. China berhasil membantu 400 juta rakyatnya lepas dari belitan kemiskinan, semua itu hanya perlu waktu kurang dari 30 tahun. Kita???Sudah berapa tahun merdeka, tapi yang miskin tetap saja banyak. Belum lagi berbagai konflik SARA, de el el. Bandingkan dengan China, disana relatif damai (walau konflik tetap ada, tapi mengelolanya mereka relatif elegan).
Para pakar ekonomi itu silahkan saja menuduh sosialisme itu tidak efisien, tapi mereka tidak pernah terlalu menyadari bahwa perkembangan ekonomi China yang sangat pesat itu bersandar dari sosialisme (Sosialisme lho...bukan komunisme..Sepengetahuan saya komunisme di sana hanya menjadi ritual belaka, soalnya aparat PKC sendiri sudah meninggalkan marxisme ortodoxnya Mao Tse Tung). Rekayasa Sosial Deng Xiaoping memang luar biasa, bagaimana dia mengharmonisasikan sistim politik komunis dengan sistim ekonomi kapitalisme, itu yang sukar dibayangkan juga oleh pakar ekonomi kita. Pakar ekonomi dan teknik kita sudah dicuci otak dengan neo-liberalismenya Amerika...itu yang repot. Itulah budaya timur....bagaimana mengharmonisasikan dua hal yang bertentangan....
Mudah2an nanti gajinya Merry seperti gajinya Larry King atau Oprah Winfrey ya?? Saya doain....