Karena berada dalam kesukaran, seorang pedagang yang sangat kaya dari Tabriz (Iran) pergi ke Konya (Turki) mencari orang yang teramat bijaksana. Setelah mencoba mendapat nasehat dari para pemuka agama, hakim, dan lain-lain, ia mendengar tentang Jalaludin Rumi, ia pun dibawa menghadap Sang Bijaksana itu.
Pedagang itu membawa lima puluh keping uang emas sebagai persembahan. Ketika dilihatnya Sang Maulana di ruang tamu, pedagan itu menjadi sangat terharu. Jalaludin Rumi pun berkata kepadanya,
"Lima puluh keping uang emasmu diterima. Tetapi kau telah kehilangan dua ratus, itulah alasan kedatanganmu kemari. Tuhan telah menghukummu, dan menunjukkan sesuatu kepadamu. Sekarang segalanya akan beres." Pedagang itu terheran-heran terhadap yang diketahui Sang Maulana. Rumi melanjutkan.
"Kau mendapat banyak kesulitan karena pada suatu hari nun jauh di negeri Barat sana, kau melihat seorang darwis Kristen terbaring di jalan. Dan kau meludahinya. Temui dia dan minta maaf padanya, dan sampaikan salam kami kepadanya."
Ketika pedagang itu berdiri ketakutan karena ternyata segala rahasianya telah diketahui, Sang Maulana itupun berkata, "Perlukah kami tunjukkan orang itu padamu?" Rumi menyentuh dinding ruangan itu, dan pedagang itupun menyaksikan gambar orang suci itu di sebuah pasar di Eropa. Iapun terhuyung-huyung pergi meninggalkan Sang Bijaksana, tercengang-cengang.
Segera saja ia mengadakan perjalanan menemui ulama Kristen itu, dan ditemuinya orang suci tersebut telungkup di tanah. Ketika didekatinya, darwis Kristen itupun berkata, "Guru kami Jalal telah menghubungi saya."
Pedagang itu melihat ke arah yang ditunjukkan darwis tersebut, dan menyaksikan-dalam gambar-Jalaludin sedang membaca kata-kata semacam ini, "Tak peduli kerikil atau permata, semua akan mendapat tempat di bukit-Nya, ada tempat bagi semuanya..."
Pedagang itupun pulang kembali, menyampaikan salam darwis Kristen itu kepada Jalal, dan sejak itu tinggal dalam masyarakat darwis di Konya.
Sabtu, 19 Januari 2008
Langganan:
Postingan (Atom)