Kemarin, sehari sebelum dia berangkat ke Hannover, saya melihat foto-foto itu di rumahnya. Foto yang sekitar Oktober 2007 hanya jadi foto asing di halaman Friendster-nya. Ya, foto asing yang saya tak tahu bagaimana orang aslinya, karakternya, pribadinya, kondisi keluarganya, dan sebagainya.
Saya jadi seolah tersedot ke masa silam saat kami hanya bersua di email melalui diskusi-diskusi seru seputar filsafat, politik, sains, idealisme, buku, seni, agama, dan banyak lagi. Diskusi yang membuat saya rajin memeriksa email dan mencari adakah nama dia di daftar pengirim.
Hari ini, dia adalah segalanya bagi saya. Mengenalnya luar dalam, sampai segala kebiasaannya terkecil, selera makannya, apa jawaban yang akan dilontarkan jika saya bertanya suatu hal. Bahkan keluarganya dan keluarga saya pun ikut saling mengenal dengan baik.
Hari ini, dia berangkat ke Hannover, Jerman, mengejar cita-cita jadi ilmuwan, sebuah obsesi sejak 10 tahun silam.
Kami tetntu akan terus keep in touch. Thanks God sudah zaman Internet dan ponsel. Thanks God, tak perlu lagi lama menanti Pak Pos datang.
Hari-hari memang akan sepi. Tapi yang jelas tidak sendiri.
Hun, aku yakin kita bisa lalui ini. Enjoy your freedom out there. Nikmati saja suasana akademis di sana yang kau idam-idamkan sejak lama.
All the succes and happiness are waiting for you here. And of source, my trully love is always spread on you altough you're so faraway.
Jauh di mata dekat di hati, kata orang jadul. Hehehe.
Sabtu, 31 Mei 2008
Langganan:
Postingan (Atom)