Banyak orang menyangsikan Long Distance Relationship (LDR). Seorang teman yang sudah melakukan survei kecil-kecilan mengatakan pasangan yang jalani LDR dan sukses sampai ke jenjang pernikahan, tidak sampai 50%. Dia sendiri sudah menjalani LDR dan pernah gagal, pernah pula sukses.
Kami adalah pasangan yang "terancam" menjalani LDR, sebab Juni nanti Arli akan berangkat ke Hannover, Jerman, untuk rampungkan S3 yang sudah jadi cita-citanya sejak lama. Apakah kami gentar? Tidak sama sekali. Bahkan sekarang kami tengah melakukan semacam try out LDR dengan mengurangi frekuensi pertemuan.
Mulai pekan ini saya akan lebih sering berkutat dengan pekerjaan di kantor anyar. Arli juga mengikuti les intensif di Goethe Institute. Jadi kami tak lagi bisa seenak udelnya lunch bersama setiap saat sekedar chit chat melepas kangen. Jadilah ini latihan LDR kami.
Komunikasi kami tetap baik, bisa lewat SMS, telpon, email dan Yahoo Messenger. Hanya memang tak bisa melebihi kepuasan sebuah pertemuan langsung. Namun selama kami saling tahu apa yang terjadi pada diri satu sama lain, agaknya tak ada masalah. Justru saat bertemu setelah sekian lama tak jumpa akan lebih heboh dengan beragam sharing pengalaman dan curhat.
Blog ini pun sebenarnya kami persiapkan untuk kelak menjadi media saat kami betul-betul menjalani LDR. Hmm masa latihan ini lumayan juga mengaduk-aduk emosi. Kangen, lelah, ingin berbagi rasa tapi agak susah. Untung ada blog ini. Saya rasa kelelahan mental saya sejak awal pekan ini bisa sedikit reda setelah menulis blog ini. Tanpa sadar, saya sudah menjadi salah satu orang yang blog addict!
Jadi, teman-teman yang menjalani LDR bisa mencoba menggunakan blog sebagai terapi mental. Hahaha!
Kami adalah pasangan yang "terancam" menjalani LDR, sebab Juni nanti Arli akan berangkat ke Hannover, Jerman, untuk rampungkan S3 yang sudah jadi cita-citanya sejak lama. Apakah kami gentar? Tidak sama sekali. Bahkan sekarang kami tengah melakukan semacam try out LDR dengan mengurangi frekuensi pertemuan.
Mulai pekan ini saya akan lebih sering berkutat dengan pekerjaan di kantor anyar. Arli juga mengikuti les intensif di Goethe Institute. Jadi kami tak lagi bisa seenak udelnya lunch bersama setiap saat sekedar chit chat melepas kangen. Jadilah ini latihan LDR kami.
Komunikasi kami tetap baik, bisa lewat SMS, telpon, email dan Yahoo Messenger. Hanya memang tak bisa melebihi kepuasan sebuah pertemuan langsung. Namun selama kami saling tahu apa yang terjadi pada diri satu sama lain, agaknya tak ada masalah. Justru saat bertemu setelah sekian lama tak jumpa akan lebih heboh dengan beragam sharing pengalaman dan curhat.
Blog ini pun sebenarnya kami persiapkan untuk kelak menjadi media saat kami betul-betul menjalani LDR. Hmm masa latihan ini lumayan juga mengaduk-aduk emosi. Kangen, lelah, ingin berbagi rasa tapi agak susah. Untung ada blog ini. Saya rasa kelelahan mental saya sejak awal pekan ini bisa sedikit reda setelah menulis blog ini. Tanpa sadar, saya sudah menjadi salah satu orang yang blog addict!
Jadi, teman-teman yang menjalani LDR bisa mencoba menggunakan blog sebagai terapi mental. Hahaha!