


Entar kalo ada yang perlu jurnalis atau editor tak kasi tau yaph?
Dinamakan PRIVATE AND CONFIDENTIAL, sebab di awal posting dulu isinya adalah kumpulan diskusi di email kami yang lumayan menyerempet bahaya, vivere pericoloso. Kelamaan kontennya berubah menjadi tulisan seputar hubungan kami berdua. Memang sangat "private", namun kami mencoba membalutnya sedemikian rupa sehingga bisa menambah wawasan pembaca menganai relationship between man and woman yang selayaknya bisa lebih transparan dan logis.
Kebetulan sy pernah ngobrol dgn Pater Drost.Di Belanda,sejak SMP sudah
ada jurusan sesuai bakat.Di SMA sudah ketahuan siapa yg layak lanjut
kuliah atau ikut training ketrampilan kerja. Walau kaya raya,jika tes
bakat menunjukan secara intelektual ia tak layak kuliah,maka ia ikut
training ketrampilan kerja.Walau miskin,seorang siswa berpontensi bisa
kuliah setinggi mungkin dibiayai negara.Jadi perguruan tinggi tak melulu org
kaya atau tiap org kaya selalu kuliah seperti di Indonesia. Gelar
sarjana bukan jadi simbol prestise,tapi memang karena sesuai dgn otaknya.
Betul,Indonesia kebanjiran ekonom & insinyur sebab 2 bidang itu
dianggap jalan pintas menuju kekayaan.
Trims doanya,
Arli.Gaji jurnalis tak bisa tinggi.Jika kreatif dgn network,jurnalis
bisa sukses di luar institusinya.Oprah & Larry sukes berkat itu.Sy sedang
berjuang ke situ.Menulis buku & ngelola beberapa web klien adalah side
job sy di luar SH. Stt saya lagi cari klien baru nih ..he he.Lho malah
ngiklan?
Bisakah dikatakan bahwa kemungkinan salah 1 faktor problem di Indonesia
adalah: technopreuner kita berlatar belakang ekonomi,bisnis,dan teknik
semata?Bidang2 itu melulu yg jadi fokus.Sementara sosial dan life
sciences dianggap cuma pelengkap.Jadi ada ketimpangan,dimana kebanyakan org
fokus pd target:ingin cepat sukses & kaya tanpa memikirkan apakah
prosesnya sehat bagi mental & jasmani.Akibatnya ya penyakit sosial yg kita
hadapi saat ini.Ironisnya,penderita terbanyaknya adalah rakyat kecil yg
jadi korban ketimpangan tadi. Wah sy kok sok pinter ya?Tapi itu hasil
pengamatan sehari2 juga lho.Pnyakit sosial ini melahirkan
kriminalitas,konflik SARA,dekadensi moral,dst.Itu kan yg kita hadapi sehari2?Tapi
kalangan elit berkutat dgn tender,proyek,lobi2 politik tak habis2 tanpa
pernah berpikir bagaimana penyakit sosial rakyatnya diobati.Rumahnya mau
direnovasi dulu sebelum ditempati.Gaji saya sbg jurnalis kecil,sy
banyak andalkan side job nulis & ngelola website
orang. Netsains?Masih proyek idealis..hehe
Arli, bisakah dikatakan bahwa agama kepercayaan Timur seperti
Buddha,Hindu atau Shinto itu nyaris bebas dari politisir & ditunggangi
kepentingan bisnis? Saya ngga pernah dengar pemeluk Buddha bentrok fisik dengan
Hindu, dsb. Beda dengan agama Samawi (Kristen,Islam,Yahudi) yg sering
terlibat bentrok fisik. Apakah itu yg membuat China,Jepang & India bisa
lebih independen dalam hal politik & ekonomi daripada negara penganut
Samawi? Wah menarik ya..
Thanks reviewnya..belum dibuka sebab pakai hp. Nanti sy download di PC.
Betul sekali, Arli. Maka itu saya bilang bahwaa saya pesimis dgn dialog
nasional itu. Tapi saya hanya sekadar membantu saja. Semoga someday
ada manfatnya.
Sepertinya LSM2 & akademisi yg ada ttg isu lingkungan dan ekonomi
sebagai penggagas acara itu www.samdhana.org,Greenpeace,dsb sudah bingung
mau ambil tindakan bagaimana lagi. Aksi demo atau tulisan di media tak
pernah menjadi solusi. Jadi dibuatlah dialog tersebut.
Arli,saya tadi lihat di FS kamu review buku saya? Trims berat ya..hanya
saya ngga bisa baca semuanya sebaba sy ngga log in FS. Sy kehilangan
id log in FS sejak setahunan lalu..kalau bisa saya minta dikirim dong
reviewnya..agar bisa tahu kekurangan buku itu.
Trims berat ya sudah mau baca buku itu..hehe. Semoga berguna.
Arli, kebetulan saya sedang membantu teman nulis white paper untuk
dialog nasional ttg hutan Indonesia. Dari studi2 yg ada, semua masyarakat
Indonesia & negara berkembang lain yg hidup di dekat hutan punya
kesamaan : MISKIN. Padahal mereka hidup dekat hutan yg notabene adalah sumber
kekayaan alam. Ironisnya,mereka justru tak punya akses ke hutan,justru
sumberdaya hutan diklaim sbg milik negara & dikeruk oleh industri luar
maupun dlm negeri. Warga setempat dilarang mengakses sebab hutan ybs
ditetapkan sbg hutan lindung,taman nasional dsb. Dialog nasionalnya akan
diadakan November di DPR,melibatkan semua stakeholder. Saya pribadi
pesimis. Tapi dalam white paper itu juga kami singgung soal globalisasi yg
hanya menguntungkan negara maju & menyingkirkan rakyat lokal.
Globalisasi hanya menumbuhkan hutang2 baru yg bikin kita makin tak punya posisi
tawar.
Saya salut sama Sultan Hamengkabuwono yg antipoligami walau beliau
punya hak & kesempatan ke arah itu. Salut juga buat semua orang yg
antipoligami,termasuk kamu.