Di China, yang menentukan carrier path seorang sarjana adalah negara. Pada waktu lulus SMA, seorang siswa China memiliki dua cara untuk memasuki perti. Pertama, ikut tes standar (sejenis umptn) untuk masuk jurusan favorit dia, dan kemudian bayar mahal untuk sekolah di uni. Kedua, ikut tes spesial (psikotest) untuk ditentukan (oleh negara) jurusan yang paling cocok untuk dia apa, lalu mau tidak mau dia harus masuk jurusan itu. Namun kompensasinya biaya kuliah semua dibebaskan negara. Untuk opsi satu, jika lulus dia harus 'bertarung' di pasar kerja untuk mendapat lowongan. Opsi dua, jika lulus negara akan langsung memberikan pekerjaan. Sebagai contoh, jika kita memilih opsi dua, si siswa ingin sekolah kedokteran. Tapi negara menentukan dia harus belajar antropologi.
Dia harus terima, kalo mau sekolah gratis. Demikan juga jika dia ingin sekolah ekonomi, tapi malah disuruh sekolah sastra Inggris, dia juga harus mau terima. Segera setelah tour guide kami menjelaskan hal ini, seorang guru besar di bidang linguistik nyletuk....'nah mestinya carrer path diatur gitu...daripada semua orang jadi insinyur'. Teman saya yang insinyur langsung diam seribu bahasa. Di Indonesia tahu sendiri kan pendidikan kita seperti apa? Asal ada duit, semua bisa diatur.
Bagaimanapun....Sosialisme memang terbukti lebih manusiawi daripada kapitalisme...bandingkan saja China dan Indonesia. China berhasil membantu 400 juta rakyatnya lepas dari belitan kemiskinan, semua itu hanya perlu waktu kurang dari 30 tahun. Kita???Sudah berapa tahun merdeka, tapi yang miskin tetap saja banyak. Belum lagi berbagai konflik SARA, de el el. Bandingkan dengan China, disana relatif damai (walau konflik tetap ada, tapi mengelolanya mereka relatif elegan).
Para pakar ekonomi itu silahkan saja menuduh sosialisme itu tidak efisien, tapi mereka tidak pernah terlalu menyadari bahwa perkembangan ekonomi China yang sangat pesat itu bersandar dari sosialisme (Sosialisme lho...bukan komunisme..Sepengetahuan saya komunisme di sana hanya menjadi ritual belaka, soalnya aparat PKC sendiri sudah meninggalkan marxisme ortodoxnya Mao Tse Tung). Rekayasa Sosial Deng Xiaoping memang luar biasa, bagaimana dia mengharmonisasikan sistim politik komunis dengan sistim ekonomi kapitalisme, itu yang sukar dibayangkan juga oleh pakar ekonomi kita. Pakar ekonomi dan teknik kita sudah dicuci otak dengan neo-liberalismenya Amerika...itu yang repot. Itulah budaya timur....bagaimana mengharmonisasikan dua hal yang bertentangan....
Mudah2an nanti gajinya Merry seperti gajinya Larry King atau Oprah Winfrey ya?? Saya doain....
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar