Merry, sejak Pak Koes 'bergulat' dengan Pak Sofyan Djalil mengenai IGOS, saya sudah paham benar posisi Ristek ada dimana. Walaupun jelas sekali Pak Koes jauh lebih ngerti soal TI, tapi politik jauh lebih bermain. Ini seperti tikus melawan gajah :=). Kalau kita sih kembali ke khittah saja....Kan sudah ada netsains dan blog. Untuk menghadapi lawan yang lebih kuat kita perlu strategi 'perang gerilya'. Sistim yang membusuk hanya bisa dihancurkan dengan cara-cara revolusioner. Salah satunya ya bergerilya lewat blog dan netsains seperti yang kita lakukan selama ini. Awalnya Google itu apa sih? Kan cuma proyek iseng mahasiswa belaka. 10 tahun kemudian, Google sudah jadi raksasa bisnis, yang selalu membuat Microsoft meradang. TI telah terbukti mampu melakukan banyak revolusi di negara lain. Di Indonesia tunggu waktunya saja. Kalau 'perang gerilya' kita sukses, dengan postingan2 kita yang mencerahkan publik Indonesia, maka Indonesia akan berubah.
Pamflet 'common sense' milik Thomas Paine mampu membakar semangat publik Amerika Serikat, untuk memberontak melawan imperialisme Inggris. Akhirnya, Amerika merdeka dan sekarang menjadi penguasa dunia. Kita bisa melakukan hal yang sama. Just Believe...and we will have it.
Balik soal dokter, saya yakin Merry pernah membaca literatur mengenai Hinduisme. Dalam Hindu kan ada empat kasta, yaitu Brahmana, Ksatria, Waisya, dan Sudra. Sama juga di rumah sakit, mereka punya sistim kasta. Menurut pengamatan saya, Kasta Brahmana itu Dokter, Ksatria itu Perawat, Waisya itu Apoteker, Sudra tentu saja pasien yang kaya dan menengah. Yang menyedihkan...rakyat miskin yang tidak punya apa-apa masuk kasta paria, yang dianggap 'bukan manusia'. Lucunya bahkan sistim kasta saja sudah tidak terlalu berpengaruh di Bali, ternyata di Rumah sakit masih berpengaruh.......
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar