Senin, 19 November 2007

Sertifikasi 4

Merry, berbicara sedikit soal ekonomi. Semua itu terjadi karena ekonom kita sudah dicuci otak dengan ideologi neo liberalisme. Bila ada ekonom kita yang mengambil garis sosialis saja dikit, dia akan terlempar keluar sistim, dan paling hanya bisa jadi pengamat atau kritikus belaka. Ini terjadi di negara kita. Neo liberalisme mensyaratkan, agar kita mentaati mekanisme pasar secara penuh, dan intervensi pemerintah diminimalkan, bahkan dinihilkan. Lembaga keuangan dunia seperti WTO, World Bank, dan IMF mensyaratkan client mereka menggunakan pendekatan demikian. Akibatnya bisa dilihat. Sektor riil kita hancur lebur, sementara sektor finansial kuat. Ini seperti berjalan dengan satu kaki .
Sektor finansial pun lebih banyak tergantung dengan modal asing. Selalu atas nama 'perdagangan bebas' dan 'globalisasi', negara2 client tiga institusi keuangan tersebut dipaksa untuk menjual BUMN nya ke luar negeri. Semua atas nama 'perdagangan bebas'. Sesungguhnya, semua ini kebohongan belaka. Di Amerika Serikat, Uni Eropa, dan Jepang, konsep neo liberalisme tidak pernah digunakan.
Mereka justru mengambil pendekatan ekonomi sosial demokrat. Ketiga negara tersebut memiliki industri manufaktur yang independen, pertanian yang kuat, dan finansial yang kuat dengan modal sendiri. Pemerintah mereka sangat memproteksi industri mereka, sementara kita dipaksa untuk meninggalkan proteksi, semua atas nama 'efisiensi'. Sekarang para negara donatur IMF, World Bank, dan WTO menerapkan ekonomi sosdem untuk diri mereka sendiri, kenapa kita harus menerapkan ekonomi neo liberal? Ini karena negara-negara maju tidak ingin memiliki pesaing yang berarti di perdagangan bebas ini. Mereka sudah sangat terkejut melihat perkembangan ekonomi China dan India yang sangat pesat, yang menjadi kompetitor mereka. Mereka tidak akan rela melihat Indonesia bisa semaju China dan India. Konyolnya mayoritas ekonom kita tidak melihat hal ini.
Soal poligami...Ok...Ok...Wanita hanya bisa mencintai satu laki, namun sebenarnya demikian juga sebaliknya. Kondisi sosial budaya yang berbasis patriaki yang memaksa laki-laki mencintai lebih dari satu perempuan. Lebih tepat yang harus dilawan adalah patriaki. Bila poligami dihapuskan, tapi budaya patriaki masih ada, maka superioritas pria atas wanita akan terus terjadi dalam bentuk lain. Bila patriaki dihapuskan, maka poligami otomatis akan terhapuskan juga, seperti yang terjadi di Tunisia.

Tidak ada komentar: