Senin, 19 November 2007

Sertifikasi 3

Merry, saya punya pengalaman menarik sewaktu studi banding ke China dulu. Di sana, pengobatan alternatif memiliki pengakuan formal yang sederajat dengan pengobatan modern. Bahkan mereka memiliki sekolah, institut, dan rumah sakit untuk pengobatan alternatif, yang semua sah menurut undang-undang. Menurut ketentuan di sana, setiap turis asing yang berkunjung ke China wajib untuk mengunjungi institut pengobatan alternatif. Bila tidak, maka izin tour guidenya dicabut Berbeda dengan di Indonesia, di sini keaneka ragaman budaya pengobatan kita digilas atas nama 'kedokteran modern'. Mestinya orang-orang IDI itu dikirim ke China dan belajar tentang pengobatan di sana
Tentu, sudah pasti saya mulai belajar masak sekarang....Itu pasti.
Soal behavior....Indonesia memang paling top munafiknya Mengklaim bangsa paling religius, tapi KKNnya juga paling top. Itu sebabnya saya tidak pernah bisa mengerti khotbah kebanyakan pemuka agama di TV Agamawan yang saya percaya jujur boleh dibilang hanya bisa dihitung dengan jari, terlepas agama mereka apa. Saya pikir masalah behavior ini justru kuncinya. Namun behavior yang ideal hanya bisa dicapai, jika generasi muda memiliki teladan. Jaman angkatan '45 dulu, generasi muda memiliki teladan Soekarno-Hatta dkk. Tokoh yang menjadi teladan itu sekarang yang kita langka
Kalo anti poligami...berarti harus anti poliandri juga donk Praktek poligami di Indonesia, kita jujur saja, hanya umum pada yang muslim. Namun jangan dipukul rata bahwa Islam itu pro poligami. Di Tunisia, mereka memiliki Undang-Undang anti poligami. Jadi siapapun yang berpoligami di Tunisia, 'hotel prodeo' hadiahnya. Sebagai negara Francophone, Tunisia menerapkan liberalisme Perancis dalam penyusunan perundangan tersebut. Saya sendiri berpendapat bahwa monogami adalah bentuk perkawinan yang ideal. Poligami dan poliandri, menurut hemat saya, hanya dipraktekkan pada masyarakat yang masih sederhana bentuk kehidupannya, misalnya pada masyarakat arab badui. Baru baca di koran (lupa koran apa), seorang Syeikh Arab badui membanggakan dirinya bahwa dia memiliki sekian puluh istri dan sekian ratus anak. Menurut saya, itu sama sekali bukan kebanggaan. Karena sibuk berpoligami itu, rasanya salah satu faktor bisa menjelaskan kenapa Negara2 arab selalu kalah perang dengan Israel . Orang Yahudi sekarang ini kan cenderung bermonogami. Tapi, walaupun Yahudi itu monogami, memiliki banyak anak sangat dianjurkan sih. Ini saya juga tidak setuju. Dunia akan penuh sesak kalau begitu caranya Lagi, menurut pendapat saya juga, bentuk perkawinan yang ideal menurut suatu masyarakat, akan sangat bergantung dengan kompleksitas budaya yang mereka miliki. Masyarakat urban dimana kita hidup sekarang, bentuk monogami merupakan yang paling ideal. Namun di pedesaan pun, poligami tidak akan menjadi pilihan praktis juga, karena hanya akan menambah beban ekonomi saja. Itulah yang tidak pernah dipikir oleh si Syeikh Arab itu. Dia sibuk menafkahi keluarganya yang besar bin gemuk, sementara Israel yang bermonogami memiliki uang lebih, yang dapat dimanfaatkan untuk membangun industri militer mereka. Saya mendukung penuh jika UU anti poligami (dan anti poliandri juga tentunya) diberlakukan di negara ini. Ini akan menjamin keadilan pada relasi gender

Tidak ada komentar: